Khamis, 16 April 2009

PANTUN BUDI- CERMINAN KETINGGIAN AKAL BUDI

Sultan Muda dari Lampung,
Memikul cangkul dengan bajak,
Singgah minum di lepau nasi;
Sudah serkah tempat bergantung,
Telah patah tempat berpijak,
Budi yang baik tetap di hati

Banyak orang di Bukit Cina,
Daun nanas serak-serakan,
Burung tempua di pohon saga;
Zaman sekarang ringgit berguna,
Emas perak jadi taruhan,
Budi baik terpinggir juga.


Padi bukit padi huma,
Taruh mari di dalam peti,
Dibawa orang ke Tanjung Jati;
Budimu tuan saya terima,
Sudah terlekat di dalam hati,
Terpahat kukuh hingga ke mati.


Buah lada lebat di pangkal,
Gugur daun dengan buahnya,
Dibawa dagang pergi seberang;
Sungguh ringgit penuh sekapal,
Budi tiada apa gunanya,
Nama pun tidak disebut orang.


Dari Johor ke Majapahit,
Singgah berlabuh di Pulau Bangka,
Ambil muatan gula dan rempah;
Jika masyhur budi yang baik,
Jangan pula mengada-ngada,
Orang keliling jadi menyampah.

(Sumber: Hamidah Adam, Batu Pahat, Johor, 2001)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan